Janganlah Menjadi Pecundang, Bekerja Adalah Satu-satunya Solusi Hidup

Kamu tidak suka bekerja. Lalu berharap hidup menjadi lebih baik? Jangan bermimpi. Tidak pernah ada uang jatuh dari langit. Cara mendapatkan uang hanya dengan bekerja. Itu hanya salah satu hal saja terkait dengan bekerja. Cahaya Hanjuang mengatakan; “bekerja adalah satu-satunya solusi hidup”. Dan uang salah satu solusi untuk permasalahan hidup. Jadi sudah jelas kan inti permasalahannya?

Janganlah Menjadi Pecundang

Itu artinya, kamu harus bekerja. Terserah yang kamu kerjakan, minimal kamu akan mendapatkan uang, sebagai salah satu solusi hidup. Itu minimal. Yang lebih dari itu jelas jauh lebih luas lagi. Ada lagi ungkapan yang lebih menyakitkan bahwa “bekerja adalah harga diri” dan secara tersirat terkandung makna yang sebaliknya bahwa jika kamu tidak bekerja maka kamu tidak punya harga diri. Sekali lagi kukatakan hasil dari bekerja minimal adalah uang.

Apakah uang dapat membeli harga dirimu? Jelas tidak. Tapi hidup seseorang bernilai karena bekerja, yang salah satu konsekuensi dari nilai itu adalah uang. Seorang ibu rumah tangga yang mengurus anak dan keluarganya contohnya. Dari semenjak bangun tidur sampai tidur lagi ia bekerja keras penuh pengabdian dan tidak ada yang membayar. Jelas ia tidak mendapatkan uang dari pekerjaannya mengurus keluarga, tapi ia sangat terhormat. Ia punya nilai tertinggi dalam kehidupan manusia dan ini tidak ada penawaran. Sudah paham kan maksudku?

Konsekuensi Dari Bekerja

Jika di masyarakatmu saat ini selalu menilai harga diri dan kehormatan hanya dari kaca mata uang, ya hal tersebut masuk akal. Karena peradaban kita sudah tersistem bahwa uanglah yang menjadi nabi. Dan ini tidak bisa kalian tawar, dengan berbagai dalih. Kalian bekerja dan kemudian mendapat upah atau gaji. Jadi nilai dari bekerja itu adalah gaji.

Padahal banyak orang yang giat bekerja namun bukan uang secara instan yang mereka dapatkan. Contohnya petani, mereka menanam dan kemudian panen. Panennya tidak berupa uang kan? panennya berupa bahan makanan, untuk memenuhi kebutuhan pangan sendiri, keluarga atau jika berlebih mereka menjualnya baru kemudian menerima uang. Konsekuensi dari bekerja cara petani adalah hasil berupa pemenuhan kebutuhan pangan dan atau uang. Segala yang petani dapatkan tapi mereka telah bekerja, untuk mendatangkan solusi hidup, sehingga hidupnya bernilai karena mampu menciptakan solusi. Mandiri dan tidak menjadi peminta-minta, bisa mengandalkan diri sendiri dan tidak perlu merepotkan orang-orang di sekitarnya.

Itu adalah konsekuensi dari bekerja. Jika kamu bekerja otomatis kamu menciptakan solusi atas segala permasalahan hidup. Ada banyak pekerjaan yang tidak mendapat nilai berupa uang tapi berbagai macam penghargaan lain. Baik dari sesama manusia ataupun dari karma hidup yang kita tanam dan selanjutnya kita tuai di hari kemudian. Pada Intinya bekerja adalah ibarat menanam, suatu hari pasti akan kita petik buahnya dalam berbagai bentuknya, dari berbagai jalan yang bahkan tidak kita duga-duga sebelumnya.

Bekerjalah Dan Janganlah Menjadi Pecundang

Budaya masyarakat tertentu adalah pekerja keras, dan yang lainnya adalah bukan pekerja keras. Yang lainnya adalah pemalas, dengan berbagai alasan demi menghindari bekerja keras. Memilih-milih jenis pekerjaan tanpa sadar dengan kemampuan diri. Tidak bercermin, tidak tahu diri. Tahunya hanya bekerja ringan namun gajinya besar. Pekerjaan bergengsi yang selalu bersih dan rapi. Tidak mau bersusah payah, tidak mau tangannya kotor, takut pekerjaan berat, takut sengsara, takut capek. Memangnya punya kompetensi apa? Janganlah menjadi pecundang.

Jika kamu punya keahlian, keterampilan khusus, punya pencapaian prestasi dan kesempatan kejarlah pekerjaan bergengsi. Entah menjadi pekerja ataupun pencipta pekerjaan atau pengusaha. Itu adalah kepantasan untukmu. Tapi jika kamu hanya mampu bekerja keras, bukan bekerja cerdas, maka tetaplah bekerja terserah jenisnya. Jangan terlalu banyak memilih. Singkirkan semua rasa takut ini takut itu. Dan jangan menjadi pecundang.

Tidak semua orang beruntung bisa mengakses cara bekerja cerdas. Sebagian berpendidikan rendah karena sekolah tinggi tidak punya biaya, sebagian tidak mampu dalam pencapaian intelektual. Sebagian lagi karena faktor mindset yang tertanam dalam keluarga dan masyarakat, sebagian karena malas belajar, sebagian karena faktor lingkungan yang membentuk karakter dan sebagainya.

Namun entah itu, tetaplah bekerja. Segala pekerjaanmu lakukan semaksimal mungkin, penuh dedikasi. Jangan banyak mengeluh. Setiap orang bisa merubah keadaan hidupnya menjadi lebih baik, dengan tekad semangat dan kerja keras. Tidak mudah menyerah, bermental kuat dan bernyali besar. Pada dasarnya setiap manusia adalah pencipta realitasnya sendiri. Kamu yang harus merubah nasib dan kenyataan hidupmu sendiri. Keajaiban itu datang kepada orang-orang yang tekun dan pekerja keras. Semua yang tertanam lewat kerja keras pasti akan kita petik buah manisnya di kemudian hari.

Buah Manis Dari Bekerja Keras

Bekerja bukan hanya mendapatkan uang. Uang adalah salah satunya saja. Nilai dan solusi hidup yang terutama. Kemudian pengalaman sebagai guru terbaik untuk menapaki tangga kehidupan yang selanjutnya. Pelajaran baru, keahlian baru, relasi yang luas. Pola pikir yang semakin terbuka, proses pendewasaan, kebijaksanaan, yang semuanya adalah pengetahuan dan laku hidup. Kamu bekerja sambil mempelajari kehidupan. Mendapat uang, kehormatan, dan sekaligus guru-guru kehidupan yang mengajarimu cara hidup yang benar dan layak. Dari itulah kamu pantas mendapat sebutan manusia sebagai pemimpin di bumi.

Bukan belajar sambil bekerja, itu terbalik. Tapi bekerja sambil belajar. Bekerja keras sambil belajar keras. Syukur-syukur selanjutnya bisa bekerja cerdas, malah dapat bonus gengsi, branding diri, fasilitas kenyamanan sebagai upah cerdasmu. Kalau tidak bisa ya tidak masalah, tidak perlu mengeluh atau membanding-bandingkan diri. Itu buang-buang energi. Fokus saja yang di depan mata, kerjakan.

Berterimakasih Kepada Diri Yang Mampu Bekerja Keras

Aku suka bercanda dengan keadaan tanganku yang kasar. Tanganku sudah seperti pelabuhan. Ya, banyak kapalnya. Tapi aku bangga, diriku mampu bekerja keras dan mandiri. Tanpa banyak ba bi bu. Aku sadar lahir di keluarga yang pas-pasan, tidak bisa berharap warisan atau kenyamanan dari orang tua. Maka satu-satuya cara memperbaiki keadaan adalah bekerja keras. No reason, no sambat, harus nekat, mental harus baja, nyali harus pendekar. Menaklukkan berbagai kesulitan dan keluar sebagai pemenang. Setidaknya ketika bercermin aku telah PD dan tersenyum menang. Aku tidak hidup dari belas kasihan atau mengemis minta sumbangan. Aku bekerja keras dengan kedua tanganku dan anggota badanku, serta dengan pola pikir yang ku setting fleksibel.

Kudapati selanjutnya banyak kelelahan, aku meminta maaf kepada badanku yang sering terforsir. Maka dengan kesempatan yang ada aku mengistirahatkan, membawanya healing dan menghibur diri. Sehat kembali, semangat kembali, bekerja lagi. Nanti kelelahan, treatmentnya juga begitu lagi. Tidak lupa aku berterima kasih kepada badanku, kepada diriku, kepada hidupku yang terutama. Telah sampai detik ini dan tetap tangguh. Aku menjadi inspirasi untuk diriku sendiri.

Jadi mengapa aku suka mengoleksi cat kuku? karena tanganku kasar dan kapalan seperti pelabuhan tadi. Sebagai tanda terima kasihku pada tanganku yang selalu kuajak bekerja. Aku merawatnya, mempercantiknya, memberinya hadiah. Ia mengantarkanku meraih segala pencapaian. Perubahan hidup yang jauh lebih baik, pengalaman yang banyak dan semuanya berharga. Kedewasaan dan kecakapan dalam mencerdasi hidup. Aku semakin berdaya dan tangguh.

Itu baru tanganku saja. Anggota badan yang lain tentu dengan treatment yang berbeda-beda dan beraneka ragam. Lain kali akan kutulis.

Janganlah Menjadi Pecundang

Oleh Nunik Cho

Nusanatara desain Website by Cahaya TechDev – Klub Cahaya

Janganlah Menjadi Pecundang
About the author : Nunik Cho
Tell us something about yourself.

Get involved!

Get Connected!
Come and join our community. Expand your network and get to know new people!

Comments

No comments yet