Perjuangan Bandara Ahmad Yani

Inilah satu-satunya bandara di Indonesia yang disebut floating airport. Berdiri di atas lahan rawa-rawa.

Perjuangan Bandara Ahmad Yani

BANDARA Jenderal Ahmad Yani memiliki riwayat yang panjang. Mulai nama, status, hingga perubahan fisik bandara yang unik dibanding bandara lain di Indonesia.

Pertengahan 2018, bandara memiliki wajah berbeda. Berkonsep eco-airport, terminal seluas 58.652 meter persegi—sembilan kali lebih besar dari terminal lama—iniseolah-olah terapung.

Inilah satu-satunya bandara di Indonesia yang disebut floating airport. Karena berdiri di atas lahan lunak dan rawa-rawa.

Di bandara yang memiliki apron baru (seluas 72.522 m2) berkapasitas 12-13 pesawat berbadan ramping itu juga ditanami 24 ribu bibit mangrove. Inilah keunikan lain: menciptakan destinasi wisata alam baru.

Kapasitas terminal mampu menampung 7 juta penumpang per tahun. Jauh dari kapasitas terminal lama yang hanya 800 ribu penumpang per tahun.

Pembangunan ini juga menyegarkan setiap mata memandang. Keindahan alam di sekitarnya dipadu dengan arsitektur yang serbacanggih. Indah!

Terminal baru juga dilengkapi 30 konter check-in, delapan eskalator, delapan elevator, dua travelator, dan tiga buah garbarata atau jembatan penghubung, serta gedung parkir berkapasitas 1.200 unit kendaraan. Sementara, luas terminal kargo 2.048 m2 dari sebelumnya 774 m2.

Lahirnya terminal baru tersebut adalah bukti bagaimana kerja keras seorang pemimpin sangat menentukan.

Sosok Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo

Ia mampu meyakinkan pemerintah pusat agar Bandara Ahmad Yani segera dirampungkan. Semarang adalah kota besar, sangat disayangkan jika kota ini memiliki fasilitas publik buruk. Potensi besar Jawa Tengah bisa tertinggal dan tenggelam.

Melalui media sosial, Ganjar aktif mempromosikan Jateng. Medsos ialah sarana tepat di era digital untuk memviralkan keunikan, kekayaan lokal hingga rencana dan hasil kerja dirinya.

Layaknya, youtuber-youtuber, Ganjar merekam video tentang Bandara Ahmad Yani. Di kala senja, ditemani beberapa rekannya, ia bersepeda berkeliling bandara; empat hari sebelum soft launching untuk operasional terbatas pada 2018.

Pelik? Ya. Masalah bandara sungguh njlimet. Ribut antarlembaga negara tak kunjung kelar, menghambat terwujudnya fasilitas publik.

Revitalisasi bandara sebetulnya tercetus satu dekade sebelum Jokowi menjadi presiden. Bandara yang sebelumnya pangkalan udara TNI AD Kalibanteng ini banyak dikritik. Kondisinya tak sesuai zamannya. Muncul wacana dipindah ke luar kota: Kendal atau Demak. Alasannya, kondisi alam hingga kota yang sudah crowded.

Hingga 2014, rencana pembangunan terhenti karena lahan. Padahal, anggaran dan desain telah tersedia.

Rencana Pembangunan Bandara

Sebagai bandara militer, yang dipakai bersama dengan sipil, problem mendasar ialah pengembangan. Bandara ialah pintu investasi. Sebagai Negara Kepulauan, sektor penerbangan ialah keniscayaan. Namun, dukungan bandara masih memprihatinkan.

Makanya, Ganjar pernah bilang bahwa pengembangan wisata, industri, dan investasi tak akan berjalan tanpa dukungan bandara, “Nonsense,” tuturnya.

Yang terjadi di Bandara Ahmad Yani adalah antarapemilik lahan dan operator (PT Angkasa Pura 1) tak pernah akur. Sang pemilik lahan, Kementerian Pertahanan memiliki kepentingan: bagi hasil pengelolaan bandara.

Operasional bandara bersama (militer dan sipil) sudah waktunya diamandemen. Mengapa harus ribut “bagi pendapatan”? Kementerian Keuangan harus tegas.

Bukan zamannya pemanfaatan barang milik negara memikirkan ego sektoral. Toh, semua untuk masyarakat, bukan untuk pribadi. Tepat apa yang dikatakan Ganjar suatu kali, bahwa “Kekuasaan yang langgeng hanyalah kekuasaan rakyat. Titik, tidak ada komanya,” ujarnya.

Bayangkan, melewati tiga gubernur Jawa Tengah, masa Mardiyanto, Ali Mufiz, dan Bibit Waluyo, masalah bandara tak kunjung beres. Mengapa hal ini bisa terjadi? Satu hal yang perlu dicatat, dua dari ketiganya adalah orang militer.

Target status bandara internasional terwujud pada 11Agustus 2004 di masa Gubernur Mardiyanto. Namun, apakah dukungan fisik bandara memadai?Belum.

Hal ini berbeda ketika Ganjar begitu dipilih sebagai gubernur. “Saya bertekad mewujudkan pembangunan bandara dengan lobi-lobi dan penetrasi ke pemerintah pusat,” ujarnya.

Ia meyakini bandara adalah kunci majunya Jateng. Provinsiini perlu daya dukung pesawat terbang. Setelah Bandara Kepulauan Karimunjawa ,Ganjar juga merampungkan Bandara Purbalingga dan Blora.

Bagi Ganjar, wajah baru Bandara Jenderal Ahmad Yani membuat dirinya plong, lega. “Bandara ini sangat artistik…,” ujarnya.

Perjuangan Bandara Ahmad Yani

Nusanatara; Desain website oleh Cahaya Hanjuang

Perjuangan Bandara Ahmad Yani
About the author : Ryan Winters Verified icon 2
Tell us something about yourself.

Get involved!

Get Connected!
Come and join our community. Expand your network and get to know new people!

Comments

No comments yet