DARI NATURALISME KE ARTIFICIAL INTELLIGENCE

Kuratorial Lukisan Denny JA, Resma Ramesh, Dkk. Di Pameran Seni Rupa International Minangkabau Literacy Festival 2023

Oleh Iswandy

Pameran seni rupa yang menjadi salah satu kegiatan pada International Minangkabau Literasi Festival (IMLF) 2023 terbilang unik dan istimewa. Khususnya dari materi karya-karya yang tertampilkan.

Pada pameran ini karya-karya konvensional dengan corak naturalis, realis dan abstrak yang menjadi ciri dari perkembangan awal seni rupa modern di Indonesia bersanding dengan karya-karya yang pada perkembangan terkini di katagorikan kedalam Digital Art ( fotografi dan  Artificial Inteligence ).

Lima orang seniman yang berpartisipasi dalam pameran ini. Di antaranya Minda Sari (Padang – Indonesia), Nazhatulshima Nolan (Malaysia), Herisman Is (Pekanbaru –Indonesia), Reshma Ramesh (India). Dan Denny JA (Jakarta – Indonesia). Mereka membawa bahasa rupa yang berbeda satu dan yang lainnya.

Minda Sari sebagai salah seorang pelukis senior Sumatera barat masih setia dengan corak naturalisnya. Dengan objek pemandangan alam yang ada di ranah Minang.

Herisman Is yang saat ini berdomisili di kota Pekanbaru hadir dengan sejumlah lukisan abstrak. Sudah menjadi ciri khas dari karya-karyanya dari dulu.

Sementara Reshma Ramesh salah seorang penyair dari India mengetengahkan puluhan karya –karya fotografinya.

Artificial intelligence (AI) yang saat ini menjadi fenomenal dan memiliki pengaruh dalam dunia seni rupa terlihat pada karya-karya Denny JA.

Di samping bahasa visual yang sangat beragam, pameran Lintas Masa juga istimewa. Karena karya-karya terbangun dari kultur yang juga berbeda dari para senimannya.

Namun demikian, nilai-nilai spiritualitas personal terpadu dengan problematika sosial. Dan kemudian terpresentasikan ke dalam bentuk karya sepertinya menjadi kecenderungan umum yang terlihat pada karya-karya peserta pameran.

Dalam hal ini sangat terlihat karya-karya mereka sangat personal dan sarat dengan pesan-pesan yang bersifat transidental. Ketika para seniman seolah-olah mengajak para apresiannya untuk kembali merenungi nilai – nilai religi, etika dan moralitas.

Membangun ikatan atau mencari titik sambung dengan kecenderungan bahasa serta media yang berbeda dalam sebuah pameran tentunya bukanlah perkara mudah.

Salah satu aspek yang terasa memungkinkan untuk mendapatkan ketersambungan keempat peserta pameran adalah menelaah sisi histori dari perkembangan seni rupa. Ketika antara naturalisme hingga digital art berada  dalam lintasan perkembangan seni rupa dari masa ke masa.

Inilah yang melatarbelakangi pemilihan tema pameran ini, Lintas Masa. Selain perihal perkembangan. Cakupan dari tema pada pameran ini juga tidak terlepas dari ruang sosial para perupanya yang menjadi gagasan dalam penciptaan karya.

Corak Naturalistik

Di Minangkabau (baca: Sumatera Barat), naturalistik terperkenalkan kepada kaum pribumi di Hindia Belanda oleh para pelukis Belanda. Atau bangsa Eropa lainnya. Baik belajar secara pribadi maupun melalui pendidikan menggambar/melukis di Kweek School.

Naturalistik awalnya berasal dari aliran Barbiinzon di Perancis. Lukisan naturalistik (pemandangan alam) merupakan kesukaan masyarakat kelas menengah (borjuasi) di Eropa.

Lukisan bercorak naturalistik muncul bersamaan dengan perkembangan kelas menengah. Yaitu kelas masyarakat yang berlatar belakang saudagar dan pengusaha. Mereka kurang menyukai lukisan yang menggambarkan adegan cerita dari Injil sebagai ciri lukisan abad pertengahan di Eropa.

Corak ini berawal dari munculnya pergeseran cara pandang. Dari the age of authority menjadi the age of reason. Ini membawa pengaruh besar terhadap perubahan sosial pada masa neoklassisme di Eropa.

Sebuah babak baru memunculkan terjadinya pertentangan sosial antara kaum bangsawan dengan kaum borjuasi. Kaum borjuasi lebih memilih lukisan bercorak naturalistik (Pemandangan Alam).

Corak yang berasal dari aliran Barbiinzon Perancis. Inilah yang terbawa oleh para pelukis Belanda ke Hindia Belanda (Indonesia) pada abad ke-19.

Tokoh –tokoh naturalis seperti Raden Saleh, Abdullah Suryosubroto, Mas Pirngadie, Wakidi dan Basuki Abdullah adalah penggerak corak Naturalis di Indonesia.

Tebaran corak naturalistik sebagai bentuk modernitas seni rupa di Sumatra Barat pelopor oleh pelukis pada Wakidi pada tahun 1940-an.

Dalam perjalanannya hingga sekarang, Wakidi melahirkan para murid – muridnya yang terkenal dengan istilah Wakidian. Corak Naturalistik menjadi satu-satunya corak dalam perkembangan seni lukis modern periode awal perjalanan seni rupa Sumatera Barat.

Salah seorang Wakidian yang hingga saat ini masih aktif berkaya adalah pelukis Minda Sari. Pada saat ini menjadi salah satu peserta pameran Lintas Masa Minangkabau International Literacy Festival.

Seni Abstrak

Sejarah perkembangan seni abstrak mulai di Eropa pada abad ke-19. Kemudian berkembang pesat di Amerika Serikat pada awal abad ke-20.

Pada awal kemunculannya, seni abstrak berhasil menjadi aliran seni baru, sebagai bentuk respon terhadap karya-karya realis.

Para pelukis mulai merepresentasikan obyek nyata ke seni abstrak dengan mengutamakan warna simbolik berbanding warna alami.

Saat beralih ke seni abstrak, para pelukis di era itu mulai mengabaikan tiruan kenyataan atau obyek nyata alam. Dan lebih memilih membuat isyarat obyek tersebut.

Para pelukis juga lebih mengutamakan gagasan mereka tentang karya seni yang akan terbuat, berbanding observasi. Perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi juga salah satu alasan berkembangangnya seni abstrak.

Di Indonesia seni abstrak berkembang pada era 1950-an melalui para tokoh pelukis yang umumnya berasal dari Bandung dan Jogjakarta.

Pada awal perkembangannya di Indonesia corak abstrak terbagi menjadi dua yaitu figuratif dan non figuratif. Dalam hal ini ekspresionime dengan tokoh-tokohnya seperti Affandi. Zaini, Popo Iskandar mengkategorikan kedalam seni abstrak Figuratif.

Sementara karya – karya Ahmad Sadali, A.D Firous dan sejumlah orang lagi kategori seni Abstrak non figuratif.

Seni abstrak sendiri cukup berkembang di Sumatera Barat sejak era 70-an sampai sekarang. Pengaruh perkembangan corak ini tidak terlepas dari tokoh – tokoh pelukis asal Sumatera Barat. Mereka cukup berperan dalam perjalanan seni abstrak di Indonesia. Di antaranya Oesman Efendi, Zaini, Muchtar Apin dan Nashar.

Pembahasan seni abstrak dalam tulisan ini tentunya berkenaan dengan keikutsertaan perupanya. Herisman Is pada pameran seni rupa lintas waktu yang karya –karyanya konsisten dengan gaya abstrak sejak dulu.

Dua buah karya Herisman Is terbangun oleh kekuatan rasa yang tersajikan melalui permainan garis dan warna. Cerita tentang perubahan dalam tatanan kehidupan masyarakat di Minankabau (Sumatera Barat). Sangat terlihat dalam lukisan Herisman Is yang tampil melalui simbol warna – warna marawa (Hitam, Merah dan Kuning).

Torehan garis- garis yang kasar dan spontan seolah pernyataan bahwa herisman Is mencoba melepaskan kegelisahannya dalam memandang perubahan yang ada, khususnya  perubahan nilai dan pergeseran makna filosofi adat  Minangkabau.

Ekspresionime

Corak ekspresionis terlihat dari tiga buah karya Nazhatulshima Nolan, pelukis sekaligus penulis berkebangsaan Malaysia pada pameran lintas masa.

Lukisan-llukisannya dibangun melalui perpaduan antara luapan emosi  dan bahas visual yang cenderung ekspresif.

Karya-karya Nazatukshima Nolan mengingatkan kita kepada esensi awal berkembangnya ekspresionisme pada abad ke-19 yang diilhami oleh aliran simbolisme.

Obyek- objek yang hadirkan di atas kanvas penuh dengan simbol tentang kehidupan dan alam dengan bahasa–bahasa kontradiktif. Seperti halnya kelahiran ekspresionime yang memandang alam yang telah berubah dan tidak lagi indah seperti pandangan kaum realis.

Seniman memiliki ingatan dan cara pandang tersendiri dari yang pernah terlihatnya di alam, lalu terekspresikan pada karyanya.

Seniman ekspresionis mengabaikan berbagai teknik penciptaan formal untuk mendapatkan ekspresi yang lebih murni dan tanpa tekanan dari kepentingan ekstrinsik seni.

Singkatnya dapat mengatakan bahwa Ekspresionisme adalah aliran seni rupa yang menonjolkan ungkapan dari dalam jiwa.

Ekspresionisme muncul sebagai bagian dari reaksi terhadap Impresionisme. Dan seni akademis klasik yang sudah mencapai puncak artistik yang mapan dengan anggapan terlalu kaku karena hanya meniru alam.

Ekspresionisme sangat terilhami oleh aliran Simbolisme pada seni abad ke-19. Vincent van Gogh, Edvard Munch, dan James Ensor adalah seniman-seniman yang sangat berpengaruh pada munculnya aliran ekspresionisme.

Gerakan aliran ekspresionisme berlangsung dari sekitar 1905 hingga 1920 dan menyebar ke seluruh Eropa bahkan dunia.

Istilah aliran ekspresionisme juga pada awalnya sering berguna untuk mengkategorikan para seniman post-impresionisme.

Itu sebabnya alasan Vincent Van Gogh juga sering sebutannya sebagai pengusung aliran ekspresionisme. Karena ia memang terkategorikan sebagai ekspresionis sebelum pengkategorian aliran Post-Impresionisme ada.

Vincent juga dapat terkatakan sebagai seorang ekspresionis, Karena ia merupakan salah satu tokoh penting dari kemunculan aliran ini.

Sejumlah seniman yang menjadi tokoh penting dalam aliran ekspresionisme meliputi Edvard Munch. Dengan lukisan “The Scream”, Ernst Ludwig Kirchner, dan nama Affandi adalah seorang maestro dalam seni luks Ekspresionisme di Indonesia.

Seni Fotografi

Perkembangan seni rupa modern yang berawal dengan penemuan teknologi fotografi pada pertengahan abad 19 yang lalu. Telah mempengaruhi cara pandang dalam berkesenian di seluruh dunia. Khususnya dalam bidang seni rupa dan desain. Selain muncul beragam aliran baru dalam seni lukis, muncul pula berbagai gerakan dan pendidikan seni dan desain. Dengan metode baru yang lebih konstruktif.

Demikian pula berpengaruh terhadap aspek pemanfaatan teknologi dalam seni. Fotografi dapat diartikan sebagai sebuah cara melukis dengan menggunakan media cahaya.

Fotografi seakan mampu menggantikan peran lukisan sebagai sebuah seni representasi. Karena hasil yang dihasilkan kamera saat itu mirip atau menyerupai lukisan.apa

Dengan melihat pengertian dan awal perkembangan fotografi, terlihat bahwa fotografi berusaha masuk dalam kategori seni visual. Yang mampu merepresentasikan keindahan secara sempurna bak sebuah lukisan.

Pada pameran Lintas Masa ini tampil karya-karya fotografi Reshma Ramesh, seorang sastrawan sekaligus fotografer asal India.

Karya-karya fotografi Reshma Ramesh lebih banyak bercerita tentang alam, realita sosial yang sarat dengan nilai-nilai moral dan religi.

Kemunculan seni berbasis teknologi digital termasuk karya-karya fotografi dan video art yang berkembang di Eropa. Kemudian menyebar hingga ke Indonesia. Telah memperkenalkan media dan paradigma baru dalam berkesenian yang tidak terbatas lagi pada media, ruang, waktu dan konteks tertentu.

Pada karya-karya fotografi Reshma Ramesh tersaji sebuah narasi tentang eksotika dan romantisme kehidupan manusia sebagai bagian tak terpisahkan dari semesta.

Kemampuannya meramu ide lokal menjadi global, tradisi menjadi modern. Serta mengangkat nilai-nilai spiritualitas dari masa lampau menjadi kontekstual patut mendapat apresiasi. Sebagai sebuah upaya untuk menjaga ‘kemurnian’ ditengah hiruk pikuk globalisasi saat ini.

Artificial Intelligence ( AI Arts)

Pesan-pesan spritualitas juga sangat terasa pada karya-karya artificial intelligence ( AI Arts) oleh Denny JA.

Proses berkarya bagi Denny JA sepertinya merupakan sebuah media kontemplasi. Sekaligus penyeimbang di tengah hiruk pikuk kehidupannya sebagai seorang konsultan, enterpreneur, dan peneliti.

Spiritualitas dalam berkarya Denny JA tidak terlepas dari pengaruh berbagai karya maestro dunia di era impresionis. Seperti Van Gogh, Monet, dan para maestro dunia lainnya.

Perjalanan batin yang ia rasakan saat menikmati karya para maestro dunia tersebut ternyata memberikan pengaruh besar dalam proses kreatifnya.

Pada pameran Lintas Masa ini, Denny JA mencoba membawa kita menyusuri perjalanan kontemplatif ke dalam ruang batin. Dengan menghadirkan atmosfer dari lukisan-lukisan impresionis para maestro dunia lewat sentuhan teknologi artificial intelligence.

Akan halnya lingkup seni rupa berbasis artificial intelligence yang menjadi fenomena baru dalam perkembangan senirupa modern saat ini. Tentu sangat menarik untuk pembahasan lebih lanjut.

Teknologi digital membuat batasan pada klasifikasi seni menjadi semakin baur. Seperti halnya ketika awal berkembangnya seni fotografi,  keterlibatan Artificial intelligence dalam dalam dunia seni menimbulkan berbagai pertanyaan dan melahirkan diskursus panjang.

Di satu sisi, khususnya para pelaku seni rupa mempertanyakan apakah karya hasil AI merupakan karya seni?

Pertanyaan ini tentunya berdasarkan bahwa karya seni terbuat dengan jiwa dan emosi pekaryanya, hal yang tidak bisa tergantikan oleh mesin.

Senada dengan pendapat ini. Sebagian orang menganggap bahwa seni tidak selalu bergantung pada yang didapatkan oleh audiens ketika mengapresiasinya.

Sisi lainnya berpendapat bahwa AI hanyalah sebagai media atau alat yang termanfaatkan oleh seniman  dalam menuangkan berbagai ide dan gagasan. Dan hasil karya yang terbuat dengan media AI tetap memiliki emosi dan jiwa berdasarkan si pembuatnya.

Sadar atau tidak, penggunaan AI dalam bidang seni kreatif sudah menjadi hal wajar untuk sebagian besar orang. Fitur-fitur yang sering kita jumpai di perangkat lunak penyunting gambar. Seperti penghalus garis, penajam gambar, sampai ke penghapus latar belakang. Otomatis merupakan salah satu sistem kecerdasan buatan yang dapat memudahkan manusia di bidang seni kreatif.

Salah satu hal yang menjadi batasan utama AI dalam menciptakan sebuah seni adalah ketidakmampuan-nya untuk memahami dan menginterpretasikan pengalaman manusia.

Meskipun AI dapat menganalisis dan belajar dari sejumlah data yang besar secara cepat. AI tidak memiliki kemampuan untuk berempati dan memahami kompleksitas dari kondisi manusia.

Artinya, ide kreatif dan solusi hasil AI akan cenderung memiliki keterbatasan. Pada kedalaman emosional dan nuansa yang menjadi ciri khas pemikiran terbaik manusia.

Namun terlepas dari segala polemik tentang kehadiran artifical intelligence dalam senirupa. Seni adalah sebuah media penyampai pesan, konsep atau gagasan yang ternarasikan oleh senimannya.

Pemikiran, perenungan dan berbagai pengalaman spiritual yang terangkum dalam perjalanan hidup tentunya dapat diabadikan dalam berbagai media.

Pada akhirnya. Keberhasilan sesungguhnya bagi seorang seniman. Adalah ketika pesan atau narasi yang tersuguhkan dalam karya-karyanya dapat dirasakan dan menyentuh sanubari para penikmatnya. Pameran Lintas Masa pada IMLF ini

Selamat menikmati Pameran Lintas Masa!

Salam Budaya

DARI NATURALISME KE ARTIFICIAL INTELLIGENCE

Nusanatara; Desain website oleh Cahaya TechDevKlub Cahaya

DARI NATURALISME KE ARTIFICIAL INTELLIGENCE
About the author : Umar Muni
Tell us something about yourself.

Get involved!

Get Connected!
Come and join our community. Expand your network and get to know new people!

Comments

No comments yet