Perusahaan sawit ini terbilang memang baru buka di waktu itu. Tapi sudah ada perusahaan sawit lain masih satu grup mereka sudah buka lebih dulu jauh lebih lama, PT. Agro Indomas KM 75 Sampit – Pangkalan Bun. Secara pengelolaan keuangan dan administrasi memang belum rapi.

Saya sekian kali mendapatkan menerima pembayaran BAPP hasil kerja berupa Cheque, belum Bilyet Giro. Tapi petugasnya lupa menulis nama dan nomor rekening bank tujuan, serta nama penerima uang tersebut. Tagihan kami hasil kerja nilainya bisa mencapai 1,2 miliar. Dan sebelum saya bergabung ikut menjadi pemilik perusahaan, andai saya jahat. Saya bisa saja menuliskan nama penerima, nama dan nomor rekening bank tujuan atas nama saya. Saya bisa kaya mendadak.

Tapi enggaklah.. Sepanjang perjalanan hidup saya tidak lupa ajaran dan pesan bapak;
rajin, disiplin, tekun, jujur, terus berkarya. Tak usah peduli hasilnya nanti.

Kadang jengkel dan ngamuk juga sih kalau orang berkhianat, terutama membahayakan nyawa saya dan anak-anak.

Dan sudah tentu, jika saya melakukan itu, maka status saya adalah penjahat, keji, nama saya sudah pasti akan coreng moreng sepanjang hidup saya. Dari semua jumlah uang itu terkandung keringat kerja keras ratusan karyawan, ini utamanya bagi saya. Terkandung puluhan alat berat beserta para pemilik usaha yang memasok kebutuhan suku cadang, dan lain-lain, dan sebagainya, dan seterusnya.

Setiap kali, sebelum dan sesudah pencairan BAPP hasil kerja, saya selalu pergi ke kantor kebun. Sebelum menerima uang, saya perlu membuat Faktur Pajak Standar untuk PPN yang akan perlu kami bayarkan melalui kami. Awalnya, BAPP pekerjaan hanya satu berkas, jadi Faktur Pajak Standar juga cukup bikin satu saja. Tapi seiring perkembangan, berkas BAPP bisa menjadi sejumlah berkas, dan perlu membuat sejumlah Faktur Pajak Standar untuk PPN juga. Situasi inilah sering saya temukan perbedaan catatan antara data saya dengan Akuntan dari PT. Agro Bukit.

Ini terutama pengalaman di PT. Agro Bukit KM 34 Sampit – Pangkalan Bun.

Satu ketika stiwa yang saya ingat kuat. Mungkin ia bosan melihat saya bolak balik datang ke kantornya untuk memeriksa mencocokkan data. Ia tiba-tiba berdiri berteriak lantang dengan badannya yang tinggi besar; “Datang terus tiap hari minta cak cek data”. Biar badan saya kurus kerempeng, saya spontan membalas berteriak juga; ‘Kalau data sudah cocok saya enggak bakal datang tiap hari begini. Lihat datamu salah banyak kurang pembayaran untuk kami”.

Saya tidak pernah membawa senjata setiap bepergian. Kecuali saat masih keluyuran di pedalaman hutan saya memang membawa parang, sebutan lain untuk golok atau bedog. Kegunaannya paling banter untuk memotong dahan membuat tenda berteduh kalau matahari menyengat tidak ada tempat berteduh di sekitar tempat kerja mengawasi orang-orang yang sedang kerja. Bahkan saya tidak menggunakan parang itu meski ada binatang buas mendekat, selagi bisa mending lari saja dari pada membunuhnya.

Dan ketika masyarakat sekitar proyek marah kepada perusahaan sawit tapi malah datang kepada kami sebagai kontraktor, kami juga tidak lari. Kami menghadapi dan semua bisa selesai. Juga pernah satu kali Operator alat berat marah berkelahi dengan Teknisi Mekanik sudah duel dengan menghunus senjata tajam, mungkin ini agak konyol tanpa cipta panjang saya sudah berada di tengah mereka untuk memisahkan. Saya memeluk badan Operator itu yang lebih gemuk tapi pendek untuk mendorong memisahkan, dari pada Mekanik yang kurus tapi posturnya tinggi. Soal benar atau salah kejadian itu, saya tidak ikut campur ada orang-orang tua yang kumpul. Saya langsung tidur.

Sedikit mundur lagi.

Sejak mengerjakan proyek di Kalimantan, ketika saya tidak menangani atau tidak berada di lokasi proyek, kebanyakan orang mengandalkan logistik itu-itu terus. Orang selalu belanja ke pasar tidak jauh dari beras, mie instant, telur, ikan asin dan sarden, sayuran kadang-kadang. Berulang seperti itu setiap belanja. Seringkali lucu, alasan mereka takut belanja uang lebih dari anggaran yang tersedia.

Berbeda jika saya yang menangani. Dengan sedikit hitungan matematika goblok, hanya mengandalkan kali, bagi, tambah, kurang. Saya selalu bisa berbelanja bahan makanan lebih “mewah”. Ada kacang hijau, susu, daging ayam, daging sapi. Sayuran bisa mendapatkan lebih sering dan lebih bervariasi. Dengan begitu pun anggaran belanja logistik makanan saya malah lebih sedikit, tidak menjadi bengkak. Sering saya malah menawarkan kepada para karyawan belanjaan yang menjadi keinginan mereka untuk bisa dapat suasana baru, tidak monoton dengan itu-itu terus.

Yang nyaris hilang nilainya miliaran.. Tulisan selanjutnya ya..

Preman Akuntansi Konsultan Gelap Pajak

Nusanatara; Desain website oleh Cahaya TechDevKlub Cahaya

Preman Akuntansi Konsultan Gelap Pajak
About the author : Cahaya Hanjuang
Digital Business Community

Get involved!

Get Connected!
Come and join our community. Expand your network and get to know new people!

Comments

No comments yet